Sunday, 18 February 2018

Published February 18, 2018 by with 0 comment

Peneliti Temukan Spesies Baru Tarantula Berkilauan Bak Dialiri Listrik

Beritagar.id
Diterbitkan: Sabtu, 25 November 2017 | 07:57 WIB

Tarantula Biru Elektrik
Photo by Andrew Snyder

Guyana, - Hanya dalam kurun satu bulan, para peneliti yang melakukan survei ekologis di Guyana berhasil menemukan lebih dari 30 spesies baru. Temuan yang disebut paling menarik adalah tarantula berwarna biru elektrik nan eksotis.

Menurut laporan yang dirilis pada 16 November 2017, tarantula tersebut ditemukan di Taman Nasional Kaieteur dan Upper Potaro di negara kawasan utara benua Amerika Selatan itu. Kebetulan, kawasan tersebut memang dikenal kaya keanekaragaman hayati dan habitat bagi sejumlah spesies endemik.

Ahli hewan melata dan amfibi, Andrew Snyder, menceritakan bahwa tarantula itu ditemukan tak sengaja. Ia melhat pohon yang sudah membusuk dengan sejumlah lubang di Upper Potaro.

Lantas Snyder mengarahkan lampu sorot ke dalam satu lubang. Tanpa dinyana sinar lampu diduga membuat tarantula keluar dari lubang.

Snyder dan para peneliti belum bisa menjelaskan jenis tarantula itu. Maklum, wujudnya tak lazim bagi keluarga Theraphosidae, nama latin tarantula dalam ranah ilmiah.

Snyder menduga tarantula biru ini adalah spesies komunal dari sub-keluarga Ischnocolinae (laba-laba) yang biasa bersembunyi di dalam lubang. Salah satu tandanya adalah tarantula jarang bersembunyi dan jenis terbaru ini tak punya cukup banyak rambut yang biasanya jadi pertahanan pertama dari predator.

Menurutnya, ini belum tentu permainan warna (iridescence). Tarantula kobalt di Asia Tenggara juga memiliki kaki biru yang mengkilap, sama halnya dengan tarantula biru Singapura (Lampropelma Violaceopes) dan tarantula biru Greenbottle (Chromatopelma Cyaneopubescens) yang memiliki kaki biru dan cangkang keras (karapas).

"Saya ke sana malam hari, sinar lampu sorot saya menimbulkan kilauan biru dari dalam lubang. Semula saya mengabaikannya karena saya pikir hanya laba-laba biasa.

"Namun saya merasa ada yang berbeda, ada sesuatu yang membuat saya kembali ke sana," katanya dalam laporan tertulisnya.

Dilansir Ibtimes, Kamis (23/11/2017), ini merupakan salah satu survei ekologi terbesar di sana yang melibatkan peneliti dari World Wildlife Fund (WWF), Universitas Guyana, serta Komisi Kawasan Lindung dan Konservasi Margasatwa Global.

Selain tarantula termaksud, para peneliti juga menemukan 6 spesies baru ikan, 3 tanaman, 15 kumbang air, katak, dan beberapa capung. Semuanya adalah hal baru di bidang sains.

Selain menemukan sejumlah spesies baru, survei tersebut juga menyoroti peran penting kawasan ini sebagai habitat spesies terancam seperti Tepui Swift, Jaguar, Peccary berbibir putih, dan Katak roket ikonik.

Laporan itu juga mengatakan bahwa kawasan tersebut memiliki lebih dari 50 % burung, 30 % mamalia, dan 43 % amfibi.

"Pemandangan Guyana berbeda dalam banyak hal," kata para periset. "Tapi yang paling luar biasa adalah bahwa lebih dari 85 persen di antaranya masih ditutupi oleh hutan hujan, proporsi kedua tertinggi di dunia, pada saat negara-negara lain mengalami kerugian keanekaragaman hayati dan degradasi lingkungan yang besar.

Pada saat yang sama, keanekaragaman hayati Guyana tetap sebagian besar tidak terdokumentasi dan kurang dipelajari." kata mereka.

Keanekaragaman hayati negara itu dilindungi secara alami karena kepadatan penduduk manusia yang rendah dan banyak daerah yang tidak dapat diakses. Namun selama dekade terakhir, ancaman dari penambangan liar dan kegiatan berbahaya lainnya meningkat.


      edit

0 komentar:

Post a Comment